Jumat, 10 Juni 2016

Marah Yang Tidak Membatalkan Puasa



Umumnya orang berpuasa dilarang untuk marah, sebab merupakan bagian dari hawa nafsu. Di bulan puasa, umat muslim harus pintar mengendalika amarah agar mendapat hikmah mulia dalam menjalankan ibadah puasa.
Ustad subki al Bughury pernah menjelaskan, marah memang bukan hal yang langsung dapat membatalkan puasa. Namun bila tidak bisa mengendalikan marah akan dapat mengurangi kesempurnaan pahala dalam berpuasa. Bahkan kemungkinan akan membatalkan puasa.
Namun, marah adalah hal yang sangat manusiawi maka bisa dipastikan seorang tidak bisa terhindar dari rasa marah yang muncul dari dirinya. Lalu bagaimana dengan marah yang tidak membatalkan puasa?

Seorang Cendikiawan Muslim, Komaruddin Hidayat menjelaskan persoalan marah adalah persoalan mengendalikan bukan  menahan. Menahan rasa marah justru berbahaya bagi kesehatan. Beliau mengatakan, kata yang tepat adalah mengendalikan.
"Yang terpenting adalah bagaimana kemudian kita menyalurkan amarah tersebut, yang artinya harus cerdas, sehat, dan efektif sehingga dapat melakukan perubahan menjadi lebih baik", ujarnya.

Komaruddin membedakan jenis marah menjadi tiga klasifikasi, yakni marah, marah-marah, dan pemarah.
Untuk marah-marah dan pemarah bukan sebagian jenis marah yang mengubah keadaan menjadi lebih baik. "Namun lebih kepada orang yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya,"

Sementara jenis marah yang baik adalah rasa marah yang muncul karena melihat kesewenang-wenangan, kasus korupsi, penindasan, dan lain sebagainya. Dalam kasus ini seseorang harus marah, jika tidak marah malah aneh. "Namun sekali lagi, tergantung cara yang dilakukan untuk menyalurkan amarah itu," ujarnya menegaskan
 "Semisal kamu seorang aktivis maka kamu akan menggelar aksi tapi yang tertib. Semisal penulis kmu akan menulis kritik dengan santun," ujarnya menambahkan

Segendang sepenarian, Ustad Subki lebih menganjurkan marahlah karena Allah. Misalnya, rasa marah ketika melihat saudara kita tidak melaksanakan syariat agama, maka kita sedang marh pada hal yang benar. Artinya, kita boleh marah tapi tetap pada koridor menguasai diri.

Namun yang kerap terjadi manusia sulit untuk mengendalikan kemarahan sehingga marah menjadi hal yang memperburuk keadaan. padahal marah adalah bagian dari pernyataan sikap yang memang harus ditunjukan asal dalam koridor yang baik.

Dalam hal ini Komaruddin memberi tips, ketika marah mengubah kita menjadi sekadar marah-marah apalagi pemarah."Caranya, ambil air wudu lalu shalat. Jika masih marah-marah. Ambil wudu lagi shalat lagi. Percayalah, ada penjelasan yang ilmiah tentang air wudu bisa meredakan amarah."